Jakarta -Kasus Covid-19 kembali meningkat di Amerika Serikat dengan maraknya berbagai subvarian dari atau Varian Omicron baru, yaitu BQ.1, BQ.1.1.
World Health Organization menyebut bahwa subvarian ini merupakan sublineage dari BA.5.
Varian ini menyumbang lebih dari 24 persen kasus Covid-19 di AS.
Melansir dari laman Times of India pekan ini, varian Omicron itu juga mulai menyebab dengan cepat ke Eropa, Singapura, dan Kanada.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperkirakan bahwa pada pertengahan November hingga awal Desember 2022, varian BQ.1 dan BQ.1.1 mencakup lebih dari 50 persen kasus Covid-19.
Mengutip dari laman Very Well Health, BQ.1 dan BQ.1.1 berasal dari garis keturunan yang sama dengan BA.5.
Tetapi varian baru ini lebih dapat melawan kekebalan tubuh daripada BA.5 karena mutasi pada protein lonjakannya.
Eric Topol, pendiri Scripps Research Translational Institute mengatakan, meskipun kedua varian tersebut memiliki jumlah mutasi yang relatif sama, namun BQ.1 lebih memprihatinkan dan dapat mengancam respons sistem kekebalan tubuh.
Hingga saat ini, gejala yang paling menonjol adalah demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan kelelahan.
Meski sempat ada kekhawatiran seputar tingkat keparahan gejalanya.
Namun, sejauh ini tidak ada bukti yang menghubungkan tingkat keparahan dengan infeksi yang menyebabkan BQ.1.
Varian baru ini memberikan tantangan baru kepada petugas kesehatan karena muncul bersamaan dengan musim dingin.
Hal ini karena tak hanya merawat pasien Covid-19, namun tenaga kesehatan juga harus merawat pasien lainnya yang terkena Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan flu.
Matthew Frieman, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, mengatakan untuk saat ini, mendapatkan vaksinasi dan menghindari infeksi adalah cara terbaik untuk mencegah Covid-19 yang berkepanjangan dan menularkan penyakit ini kepada orang yang rentan.
Termasuk dari ragam Varian Omicron baru.